Jumat, 03 Desember 2010

MENUHANKAN HARTA WANITA DAN WAKTU APAKAH SYIRIK.??

Telaah At-Taubah:24) Katakanlah:
"Jika bapa-bapa, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai daripada
ALlah dan RasulNya dan (dari)
berjihad di jalanNya, maka
tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusanNya." Dan
ALlah tidak memberi petunjuk pada
faasiqiin. (QS, 9:24) Ikhwan/akhwat,
Assalamualaikum, Dalam menelaah
dan memahami ayat ini ada
baiknya kita lihat pembahasan Ibnu
Taimiyyah dalam bukunya:
"Al'Ubudiyyah" (Pengabdian). Dalam
buku tersebut, Ibnu Taimiyyah
menuliskan beberapa tahapan cinta
(marahilal-mahabah), atau lebih
tepat dikatakan fase-fase cinta.
Ibnu Taimiyyah - semoga ALlah
ridha kepadanya - menjabarkan
fase-fase dan prioritas cinta tersebut
secara rinci, sistematik dan
menarik. : 1. Simpati (Muta'atif)
Menurut Ibnu Taimiyyah cinta tak
akan tumbuh kalau tak terdapat
rasa simpati terhadap yang dicintai.
Simpati, paling sering, timbul pada
pandangan terhadap penampilan
fisik, sikap dan juga pemikiran. Bila
simpati telah ada, maka akan
berlanjut pada fase berikutnya.
"Simpati" seseorang kepada ALlah,
dapat timbul karena ta'jub terhadap
tanda-tanda kekuasaan, kekuatan
dan keperkasaan ALlah yang
terdapat di semesta alam. Dengan
kata lain, cinta seorang hamba
kepada ALlah dapat timbul setelah
menyadari dan meyakini
keperkasaan ALlah setelah melihat
tanda- tanda kebesaranNya. 2.
Curahan Hati (Ash Shabbabah) Bila
rasa simpati telah tertanggapi,
maka seseorang akan
menjadikannya sebagai tempat
untuk mencurahkan isi hati, tempat
mengeluarkan "uneg-uneg",
sehingga menumbuhkan cinta
sesungguhnya. Dalam hubungan
antar manusia, hal ini boleh
dikatakan sebagai saling
menyatakan rasa cinta. Menurut
Ibnu Taimiyyah, seorang hamba
dengan melihat ayat-ayat yang
terhampar (al ayyatul kauniyyah)
di semesta ini, sebenarnya sudah
cukup untuk dapat bersijut ke fase
berikutnya dengan bertambahnya
keseriusan yang dimiliki untuk
dapat lebih dekat kepada yang
dicintainya (ALlah SWT) serta
menjadikannya curahan hati (dalam
berdo'a). Rasa simpati saja, tanpa
keseriusan dan kesungguhan,
mustahil dapat memberikan hasil
berupa rasa cinta. 3. Rindu (Asy
Syauku) Bila telah saling cinta, maka
rasa rindu pasti timbul. Apapun dan
siapapun yang dicintai, pasti akan
menimbulkan rasa rindu. Orang
yang rindu, tak jarang selalu
teringat kepada yang dirindui/
dicintai, ingin selalu menyebut
namanya, senang bila terdengar
nama yang dicintai dan sangat ingin
segera bertemu. Orang yang
teramat sangat cintanya kepada
ALlah SWT, juga akan senantiasa
rindu dan selalu ingat serta selalu
ingin menyebut namanya (dzikir),
dan bergetar hatinya bila
disebutkan ayat- ayatNya (8:2) 4.
Mesra (Al 'Isyqu) Orang yang saling
memendam rindu, bila kemudian
bertemu akan saling merasakan
kemesraan. Di tingkat ini,
kemesraan tidak jarang akan
melalaikan. Bila kemesraan telah
mencapai tingkatan yang
melenakan, maka fase ini telah
berubah ke fase berikutnya yaitu
pengabdian. 5. Pengabdian (Al
'Ubudiyyah) Fase cinta berupa
pengabdian hanyalah hak ALlah,
bila seseorang mencintai sesuatu
sampai ia lalai, berarti sesuatu yang
dicintai dan dimesrainya itu telah
menjadi ilah-nya. Karenanya
banyak manusia yang menuhankan
sesuatu selain ALlah. Seorang
muslim boleh-boleh saja mencintai
manusia (orangtua, anak, isteri/
suami) atau harta kekayaan,
perniagaan, rumah dan lain lain,
seperti yang disebutkan dalam ayat
9:24, TAPI kecintaan tersebut tidak
boleh melebihi kecintaannya
kepada ALlah SWT, RasulNya dan
berjihad fisabiliLlah. Kecintaan
kepada selain ALlah, hanya bisa
ditolerir sampai fase ke-empat yang
tidak sampai melalaikan, demikian
menurut Ibnu Taimiyyah.
Kenyataannya? Fenomena yang
ada di sekitar kita mengatakan lain!
Banyak terjadi, cinta hamba kepada
ALlah hanya setaraf simpati, sedang
cintanya pada selain ALlah justru
cinta seorang abdi. Ada pula hamba
yang kecintaannya kepada ALlah
dan yang selain ALLah didudukkan#
pada tingkat yang sama, yakni
pengabdian. AudzubiLlahi min
dzalika. Dalam hal ini Muhammad
bin Abdul Wahhab, murid Ibnu
Taimiyyah, dalam "Kitab Tauhid"-
nya (yang tengah diposting secara
serial oleh akh Jazi Istiyanto)
menyatakan bahwa menyamakan
kecintaan kita kepada ALlah dengan
kecintaan kepada selain ALlah, syirik
besar hukumnya. Beliau
menamakan syirik tersebut sebagai
2:165. Semoga kita termasuk
mereka yang dapat
memprioritaskan cintanya kepada
ALlah Rabbul Jalil, kepada RasulNya
dan kepada Al- Islam; dan semoga
kita terlindung dari perbuatan syirik.
Wassalamu'alaikum Reference: [1]
Ibnu Taimiyyah, "Al 'Ubudiyyah" [2]
Al Quran & Terjamahnya (Depag RI),
2:165 dan 9:24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar